Rabu, 22 Desember 2010

SBY Minta Perempuan Bangun Karakter Bangsa

SBY Minta Perempuan Bangun Karakter Bangsa PDF Print
Thursday, 23 December 2010


JAKARTA(SINDO) – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berpesan agar perempuan, terutama para ibu, tidak melupakan kewajiban mereka dalam membangun nilai, kepribadian, moral, dan watak anak bangsa.Karena itu Presiden meminta orang tua lebih memperbanyak bersama anak mereka. Presiden juga meminta orang tua tidak serta-merta menyerahkan pendidikan anaknya ke lembaga atau sekolah karena tugas mendidik anak tetap menjadi tanggung jawab utama orang tua.


 “Tentu kita senang dengan gerakan,organisasi,dan aktivis perempuan. Namun, saya berpesan dan berharap janganlah lupa menjadikan agenda pembangunan karakter bangsa, mengasuh putra- putri sebagai agenda utama. Lebih banyak kebersamaan antara anak dan orang tua dibandingkan kebersamaan mereka dengan guru di sekolah,” ujar Presiden SBY dalam puncak peringatan Hari Ibu di Taman Mini Indonesia Indah (TMII),Jakarta,kemarin.

Dalam memperingati Hari Ibu, Presiden juga mengingatkan agar momentum itu seharusnya dimaknai lebih dari sekadar Mother Day. Hari Ibu juga harus diingat sebagai hari perjuangan kaum perempuan Indonesia.Presiden merasa perlu untuk menekankan kembali makna Hari Ibu karena selama ini sebagian besar masyarakat sudah mengidentikkan Hari Ibu sebagai Mother Day atau hari untuk menghormati ibu. “Hari Ibu sesungguhnya lebih dilihat dari perspektif kesejahteraan dan perjuangan kaum perempuanIndonesiauntukmengubahbangsa Indonesia menjadi lebih baik, semangat lebih bersatu kaum perempuan itu sekaligus menandai gerakanemansipasi,”tuturalumnus terbaik Akademi Militer 1973 ini.

Presiden menegaskan bahwa perjuangan kaum perempuan sejak masa pergerakan hingga pembangunan tidaklah sedikit. Perjuangan perempuan itu disalurkan lewat berbagai forum dan organisasi. Kendati mengingatkan bahwa Hari Ibu lebih dari sekadar Mother Day, presiden kelahiran Pacitan, Jawa Timur, ini meminta semua pihak tidak mempertentangkan antara Mother Daydan gerakan perempuan Indonesia. “Peringatan Hari Ibu kita letakkan secara utuh. Bisa dilihat dari perspektif kesejahteraan, kemanusiaan,dan budaya,” ucapnya. Dalam sambutan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari mengungkapkan, peringatan Hari Ibu seharusnya diingat sebagai tonggak sejarah bagi perjuangan kaum perempuan Indonesia yang pertama disuarakan pada Kongres Perempuan Indonesia, 22 Desember 1928.

“Pembangunan pemberdayaan perempuan serta kesetaraan perempuan dan laki-laki, pelaksanaan strategi pengarusutamaan gender merupakan bagian integral dari pembangunan sumber daya manusia,” tutur Linda. Linda menambahkan bahwa kesetaraan perempuan dan lakilaki di Indonesia sangat bagus.Berdasarkan indeks pembangunan gender Human Development Report 2009,indeks pembangunan gender Indonesia mengalami peningkatan dari 0,704 pada 2004 menjadi 0, 726 pada 2007. Dalam acara peringatan Hari Ibu kemarin pemerintah juga memberikan anugerah Parahita Ekapraya. Penghargaan ini diberikan kepada kementerian atau lem-baga serta kepala daerah yang telah berhasil melaksanakan strate-gi pengarusutamaan gender.

Anugerah Parahita Ekapraya diberikan kepada Gubernur Jawa Tengah, Jawa Timur,dan Sumatera Utara. Penghargaan Anugerah Parahita Ekapraya tingkat utama diberikan kepada Gubernur Kepuluan Riau, Bupati Malang,Wali Kota Surabaya, Bupati Magelang, Bupati Badung (Bali), Bupati Wonosobo, dan Bupati Tulungagung.

Kemudian Anugerah Parahita Ekapraya tingkat madya diberikan kepada Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto,Menteri Pendidikan Nasional M Nuh, Menteri Keuangan Agus Martowardojo,Menteri Koperasi dan UKM Syarif Hasan,Menteri PPN/Kepala BappenasArmidaAlisjahbana, Provinsi Banten, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bangka Belitung, Kalimantan Barat,DKI Jakarta, Kabupaten Brebes, Rembang, dan Sidrap (Sulawesi Barat). (maesaroh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar